Sabtu, 15 September 2012

Seni Batik Indonesia Mwmiliki Kekhasan


BANDUNG,(PRLM).- Seni batik yang sudah menjadi bagian dari budaya tanah air di setiap tempat memiliki kekhasan dan tidak perlu ditakutkan akan diklaim negara lain. Pengakuan The Integible Heritage dari badan dunia Unesco terhadap batik akan dicabut bilamana masyarakat Indonesia tidak lagi menjadi budaya dan bagian dari keseharian.
Ketua Yayasan Batik Indonesa, Jultin Ginandjar Kartassasmita, pada Pameran Foto Sejarah ASEAN dan Pameran Batik Karya Seniman Muda ASEAN bertempat di Museum Konferensi Asia Afrika, menegaskan bahwa tidak akan ada lagi klaim ataupun pengakuan negara lain terhadap seni batik Indonesia. “Karena motif maupun proses pembuatan batik kita sangat khas dan memiliki cirri tersendiri yang berbeda dengan negara lain,” ujar Jultin,
Ditegaskan Jultin, perajin batik maupun praktisi batik tidak perlu merasa ketakutan budaya batik Indonesia dipelajari oleh mahasiswa dari sembilan negara di ASEAN. Karena, batik yang sudah menjadi khasanah budaya memiliki cirri dan kekhasan setiap daerah. Selain motif yang sangat khas serta nilai filosofi yang terkandung di dalamnya, menurut Jultin, yangmembedakan batik Indonesia dengan batik Negara lainnya adalah dalam hal proses pembuatan. "Ini sangat berbeda dengan batik yang dibuat oleh negara lain, termasuk sembilan mahasiswa yang berasal dari sembilan negara ASEAN,” ujar Jultin.
Dikatakan Jultin pengakuan terhadap batik Indonesiasebagai The Integible Heritage oleh Unesco akan dengan sendirinya dicabut biladi Indonesiasendiri kain batik tidak lagi menjadi bagian dari budaya dan keseharian. "Semua kelebihan batik Indonesia ini akan punah atau pudar, apabila masyarkat Indonesia sendiri tidak mau belajar dan tidak mau menggunakan batik dan pengakuan The Integible Heritage dari Unesco terhadap batik akan serta merta dicabut," ujar Jultin.
Sementara Ketua Dekranasda Jabar, Ny. Hj. Netty Prasetyani Herawan mengatakan, penyelenggaraan kegiatan pameran foto dan batik yang akan berakhir 9 September mendatang menguatkan dan mensejajarkan Jawa Barat sebagai penghasil kain batik. “Kepercayaan KementrianLuar Negeri (Kemenlu) Indonesia menyelenggarakan kegiatan di museum KAA ini bukan semata-mata karena museum KAA memiliki nilai sejarah, tetapi juga sebagai bentuk pengakuan kalau Jawa Barat sekarang ini juga menjadi daerah penghasil kain batik,” ujar Netty.
Bagi Jabar sendiri menurut Netty,budaya batik sudah mendarah daging terutama di wilayah Cirebon, Indramayu, Garut, Tasikmalaya, danCiamis. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir pengrajin batik menyebardisejumlah kotadan kabupaten di Jabar dengan motif dan kekhasannya daerah masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar